Jakarta, CHIP.co.id - Smartphone, e-book reader, dan tablet sudah
menjadi perangkat keseharian kita. Namun, mobile device tersebut harus dicolok
ke sumber listrik untuk mengisi baterainya. Cara seperti ini seringkali
menimbulkan masalah. Idealnya, begitu mobile device tersebut diletakkan di
sebuah wadah, baterai langsung diisi tanpa harus menggunakan kabel.
Untuk itulah, lebih dari 100
perusahaan TI seperti Sony dan Panasonic bergabung dalam Wireless Power
Consortium. Mereka mengembangkan standar untuk melakukan pengisian baterai
secara wireless. Standar ini disebut dengan Qi, yang diambil dari bahasa China,
berarti aliran energi. Versi pertamanya sudah ditetapkan pada 2010 lalu, namun
implementasinya berjalan lambat. Sejak pertengahan 2011, Verizon, penyedia
Internet di Amerika Serikat, telah menawarkan beragam smartphone de-ngan
dukungan Qi, di antaranya Samsung Galaxy. Selanjutnya, teknologi ini juga
dimanfaatkan oleh Nokia di dalam produk andalannya, Lumia 920. Sedangkan Lumia
820 telah menyertakan sebuah Qi-Charging Shell. Tidak hanya itu, Nokia juga
menawarkan charging station dalam bentuk pad dan loudspeaker.
Smartphone terisi dalam satu jam
Melalui Qi, sebuah mobile device
dapat diisi dengan daya maksimal 5 watt. Sebuah tablet dapat terisi penuh dalam
waktu beberapa jam dan smartphone dengan baterai yang lebih kecil biasanya
hanya kurang dari satu jam. Standar ini baru mengimplementasikan transfer
energi per induksi. Baik transmiter maupun receiver dilengkapi dengan sebuah
koil. Transmiter koil yang dioperasikan dengan arus AC akan menghasilkan medan
magnet. Ketika koil receiver mendekati medan magnet, arus AC ikut dihasilkan.
Transfer energi berlangsung sangat efesien ketika transmiter koil terhubung
optimal dengan medan magnet. Di sini, diameter koil menentukan jarak optimal
antara transmiter dan receiver
Besar transmiter koil yang
dispesifikasikan oleh Qi antara 30 mm dan 80 mm (tergantung model receiver).
Sedangkan jaraknya sekitar 1/10 dari nilai tersebut, yang berarti kedua
perangkat saling menumpuk. Agar transfer listrik optimal, koil tidak hanya
saling berdekatan, melainkan letaknya juga harus sesuai. Menurut Qi, magnet
harus berada di pusat transmiter koil agar sesuai dengan koil lainnya dalam
receiver.
Komunikasi melalui medan magnet
Selain mengirim energi, medan magnet
juga menghantarkan informasi dalam bentuk Bit dan Byte. Komunikasi antara
transmiter dan receiver dimulai ketika smartphone diletakkan pada sebuah
charging station. Selanjutnya, transmiter mengirim sebuah impuls setiap 400 ms.
Kalau tegangan tetap sama, artinya tidak ada listrik yang dikirim. Kalau
tegangan menurun, berarti terdapat sebuah Qi-Receiver. Sekarang, transmiter
mengirim sebuah impuls yang lebih kuat untuk membangkitkan receiver. Receiver
dan transmiter saling berkomunikasi dengan Power Transfer Contract yang
menginformasikan banyaknya arus yang diperlukan, kuatnya arus, dan frekuensi
pengiriman. Selanjutnya, fase transfer dimulai. Paket error control akan dikirim
ke transmiter untuk menginformasikan efisiensi receiver setiap 32 ms. Jika
baterai sudah penuh, receiver akan mengirim paket "End Power
Transfer" agar transmiter menghentikan proses transfer.
Pengembangan Qi versi 1.1 pada bulan
April 2012 telah menghasilkan charging station yang lebih baik daripada versi
awalnya. Dengan lebih banyak koil per transmiter, mobile device dapat
diletakkan sembarang di area pengisian. Listrik akan dikirim oleh koil yang
memiliki posisi lebih baik. Selain itu, charging station dengan lebih banyak
transmiter berarti lebih banyak perangkat yang dapat terhubung secara
bersamaan.
Sayangnya, tidak semua produsen mobile device mendukung terobosan Qi ini. Apple tidak ikut, sementara Samsung bersama Qualcomm mengembangkan standar sendiri. Rencananya, Intel juga akan menawarkan teknik wireless charging yang berbeda pada ultrabook. Mereka lebih memilih teknik pengisian resonansi dibandingkan induksi. Namun, belum ada informasi pasti apakah teknik tersebut kompatibel dengan standar Qi.
Sayangnya, tidak semua produsen mobile device mendukung terobosan Qi ini. Apple tidak ikut, sementara Samsung bersama Qualcomm mengembangkan standar sendiri. Rencananya, Intel juga akan menawarkan teknik wireless charging yang berbeda pada ultrabook. Mereka lebih memilih teknik pengisian resonansi dibandingkan induksi. Namun, belum ada informasi pasti apakah teknik tersebut kompatibel dengan standar Qi.
No comments:
Post a Comment